Disela kegiatan 4 hari di kalimantan selatan, kami berkunjung di pasar Terapung Lok Baintan. Pasar tradisional di sungai martapura. jarak penginapan kami dengan lokasi 38 KM kurang lebih 60 menit. untuk itu habis subuh persis waktu indonesia bagian tengah, kami harus sudah berangkat, kenapa?, sama dengan pasar tradisional lainnya, matahari mulai meninggi dan pasar sudah usai. aktivitas perdagangan dimulai pukul 06.00 pagi sampai dengan 09.30 Waktu Indonesia bagian Tengah. karena itulah, saya tak lewatkan kesempatan ini, untuk berkunjung di tempat yang menjadi icon rcti OKE. hehe.. masih ingat film wiro sableng di rcti setiap hari minggu pukul 10, dengan closing acaranya seorang nenek diatas perahu berjualan, mengancungkan jempol seraya berkata “RCTI OKE”. kalau masih ingat, berarti kita seumuran. hehe. saat itu saya terheran, ada ya..yang berjualan diatas perahu, bagaimana cara membelinya, apakah harus berjalan, melangkah dari perahu satu ke perahu lainya.

kami sampai di dermaga pasar terapung Lok Baintan, melewati jalan setapak dari kayu. wow, perahu-perahu yang memuat berbagai macam barang dagangan sudah berhalu hilir. Pedagangnya didominasi perempuan dengan memakai tutup kepala, tanggui namanya. Buah-buahan nan segar, sayuran, beras, kelapa, ikan, pakaian, makanan, teh, kopi, tas, rokok, mainan dan ada pula sumbangan pembangunan. selayaknya pasar yang biasa kita jumpa sudah berlapak dan ini lapaknya berpindah menggunakan perahu. dan spesialnya, kita tak perlu berpindah dari ke setiap perahu. diam diatas perahu, kita akan dihampiri berbagai dagangan tak cocok, berganti yang datang. tapi semangat bapak/ibu pedagang disini sungguh semangat tak gampang meninggalkan ke-emohan-kita. “pak, jeruknya pak, segar ini, metik sendiri, coba dulu, tidak bayar, jangan nolak rejeki”. dan betul segar, manis walau masih dalam berkulit hijau. “beli ya pak?”, oo tidak pak, terima kasih. “ayo lah pak beli, belum laku ini”. wadduh, hehe. “berapa harganya pak?”, “satu bakul ini 35 ribu”, 25 ya.., “35 pak..”. oke pak, say beli. dan berhubung tidak ada uang pas 35 saya bayar dengan lembaran 50 rb. “tidak ada kembalian pak”, waddduhh… “jambunya ya pak”, oke pak..baik. Datang perahu berikutnya, seorang ibu menawarkan ikan asin yang sudah matang, biasa kita sebut gereh. gurih dan renyah. disantap bersama teh. pokoknya kita hanya diam, dan akhirnya menjadi titik pusat dari setiap penjuru mata angin. Menarik kan..?, ayoo kawan, silakan datang kesini.

Martapura, Kalimantan Selatan, Indonesia.