Masa pandemi covid-19 ini tidak mengendurkan semangat nasionalisme akan kecintaan kepada Bapak Pendidikan Indonesia. Hari pendidikan yang kita peringati setiap tahun adalah untuk mengenang kelahiran Bapak Ki Hajar Dewantara. Perjuangan beliau dan leluhur pendidikan Indonesia membawa perubahan rakyat indonesia untuk menjadi rakyat yang mendapat pendidikan dimana pendidikan saat itu sampai ini merupakan Hak bagi setiap warga negara. Beliau berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan. Beliau memberikan pelajaran akan pentingnya rasa gotong royong untuk memajukan pendidikan. Tidak mungkin sendiri. Bersama-sama rakyat indonesia yang mempunyai pemikiran maju dapat memberi dorongan. Warga Indonesia yang diberi amanah untuk memimpin wajib memberi ketauladanan. Elemen tengah masyakarat Indonesia bersama-sama memberi serta tetap semangat, pantang menyerah untuk terus maju.

Semangat yang dibangun Ki Hajar Dewantara selalu kita teladani. Seperti kita ketahui bersama bahwa wabah virus corona ini yang begitu cepat penyebaranya serta dampak yang luar biasa diberbagai sektor kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Bidang pendidikan tidak lepas yang berdampak pandemi ini. Mas Menteri Nadiem Makarim, meneruskan pesan Bapak Presiden Rebuplik Indonesia, bahwa untuk menekan penyebaran dari Covid-19 adalah dengan belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan beridabadah dari rumah. Setiap unsur pendidikan pun seketika saat itu, baik di pusat, provinsi, kabupaten dan sekolah menindaklanjuti. Tindak lanjut ini diimplementasikan dengan komunikasi secara virtual, baik menyampaikan informasi bahkan memutuskan kebijakan. Tantangan ini tidak hanya pada literasi teknologi pada ekosistem pendidikan tetapi juga media komunikasi virtualnya, yaitu teknologi. Kemampuan literasi teknologi, ketersediaan perangkat, ketersediaan koneksi serta pembiayaan kuota bagi pendidik serta peserta didik. Betul sahabatku, Tidak semua pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) mempunyai sumber daya yaitu perangkat (Smatphone, Laptop) dan Akses internet yang baik ketika berada di rumah. Video convererence (vicon) yang dilakukan untuk komunikasi meeting atau kelas virtual membutuhkan kuota yang tidak sedikit (biaya). Walaupun demikian proses pendidikan harus tetap berjalan.

Semangat Ki Kajar Diwantara menggetarkan stakeholder bisnis telekomunikasi untuk mendukung proses belajar masa pandemi ini bagi pendidik dan peserta didik, yaitu gratis kuota untuk mengakses porta-portal pembelajaran online. Rumah belajar, Ruang guru, Zenius, Quipper, Bahaso, Sekolahmu dan lainnya. Provider XL memberi 2 GB/hari, Indosat 30 GB/30 hari, Telkomsel 30 GB/ 30 hari dan Tri 33 MB/hari.

Seminar-seminar pendidkan atau bimngan teknis yang awalnya berbayar mahal, kini menyediakan secara gratis. Banyak sekali, tinggal Komitment untuk belajar dan untuk maju.

Beruntung jika diantara kita mempunyai perangkat dan akses koneksi yang baik (cepat), berbayar atau gratis. Kenapa..?. tidak semua mempunyai itu, sahabatku.

Rekap Data Pokok Pendidikan Nasional Semester 2019/2020 Genap Per 2 Mei 2020 pukul 00:00:00, jumlah siswa adalah 44.579.986 dari tingkat SD, SMP, SMA, SMK dan SLB.

Menurut survey dari APJII Sebanyak 28,2 % adalah pelajar yang merupakan bukan pengguna internet. APJII melanjutkan alasan utama tidak menggunakan internet ada bebara hal, mulai dari tidak tertarik, tidak tahu menggunakan teknologinya, tidak mempunyai perangkat (4,1%), mahal membeli perangkat (3,8 %), mahal biaya kuota (1,7% dan tidak ada sambungan internet 0,9%).

Bisa jadi satu, dua atau lebih dari angka tersebut ada di dekat kita, teman atau tetangga kita. Mari yuk, saling sayang menyayangi, membantu, menolong dan berbagi. Bisa berbagi akses wifi rumah untuk belajar, belajar bersama dalam satu perangkat atau mengajak belajar bersama dengan menonton TVRI dan bahkan berbagi buku, buku gambar, bacaan dan lainnya.

Seperti yang disampaikan Mas menteri tadi pagi, dalam upacara Hari Pendidikan Nasional “Pendidikan yang efektik itu membutuhkan kolaborasi yang efektif dari tiga dari guru, siswa dan orang tua. Tanpa kolaborasi, pendidikan yang efektif tidak mungkin terjadi.”

“Timbulnya empati, timbulnya solidaritas di tengah masyarakat kita pada saat pandemi Covid-19 ini merupakan suatu pembelajaran yang harus kita kembangkan. Bukan hanya di masa krisis ini, tetapi juga di saat kirsis ini telah berlalu.”

Oleh karena itu, adik-adikku siswa, Semangatlah belajar, Semangatlah berbagi, semangatlah berkomunikasi dengan guru dan bapak ibu orang tua dirumah. Coba belajar mengembangkan materi disekolah dengan kegiatan rumah sehari-hari. Misalnya saja, Menghitung jumlah liter air di bak mandi, Panjang, Lebar dan tinggi dari bak mandi sudah di ketahui dengan mengukur menggunakan penggaris. Berapa lama dibutuhkan waktu untuk mengisi bak mandi dengan sejumlah liter air tersebut. Bisa pula mendesain baik di kertas atau digital bertema pencegahan covid-19 ini, lalu di publish di social media. Bermanfaat bukan. Kalau tidak malas..hehe. STOP menggerutu, STOP bermalas-malas belajar, Kurangi tidur, Buka Buku dan Bacalah.

Ada sebuah nasihat yang bagus sekali yaitu lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Kita jadikan Covid-19 menjadi guru yang sangat berharga dan mari kita belajar arti kehidupan.

Saya ingat puisi yang ada dibuku bahasa Indonesia saat kelas 3 SD, saat itu.

Walau Hujan
Aku tetap pergi ke sekolah
Walau hujan
ibu tetap pergi ke pasar
Walau hujan
Ayah tetap pergi ke sawah
karena hujan adalah Rahmat Tuhan

Selamat Hari Pendidikan Nasional mari sejenak kita doakan Bapak Ki Hajar Dewatara, leluhur-leluhur pendidikan dan bapak Ibu guru kita yang sudah meninggal

Jakarta, 2 Mei 2020